“Kapan ya seorang pangeran akan datang
kehadapan ku sambil membawa setangkai bunga mawar” bicaraku di dalam hati.
kadang
aku iri dengan keadaan ini, semua sahabatku dengan mudahnya mendapat kan
“tambatan hati”. Sahabat ku Ria selalu bilang kalau cinta itu nggak perlu
dicari, karena jika jodoh maka cinta lah yang akan mempertemukan kalian. setiap
mendengar kata-kata itu aku hanya bisa diam sembari menundukkan kepala.
“Mary
?”
kayak ada yang memanggilku, aku pun
menegakkan kepalaku sambil berkata “Ya”
aku tak mengenalnya, tapi koq bisa dia
tahu namaku?
orang asing dari mana nih. cakep sih,
putih, gaya nya juga keren, hem..siapa nih?
“Haha,
bagus deh nggak salah orang, aku Dion teman Kakak kamu” jawabnya santai
“Kakak
?” sambil memasang tampang heran
“Iya,
Ale ..” sembari senyum dan mengambil tempat posisi untuk duduk didepan ku.
kenalan kak Ale koq nyariin aku. apa aku
buat masalah? seingatku hari ini aku belum buat masalah deh dengan kak Ale
(belum?)..
“Ada
apa ya kak? koq nyariin aku, bukannya nyariin kak Ale?”
“Sebenarnya
nggak ada apa-apa koq, tadi aku nggak sengaja lewat di depan resto ini dan saat
itu aku teringat kalo Ale bilang hari ini adalah Ulang tahun kamu. jadi
sekalian mampir aja ke sini. nggak boleh nih?”
“HEH?”
“Koq
kaget? oh ya sebelumnya nih (sembari mengeluarkan setangkai bunga mawar)”
ini..
yahhh..
apakah ini pangeran yang engkau berika
untuk ku ya tuhan?
“Kata
Ale kamu senang banget dengan mawar putih. jadi aku bawakan kamu itu sebagai
tanda awal dari pertemuan dari kakak” katanya dengan tersenyum yang semakin
buat aku Dag-Dig-Dug.
(sambil mengambilnya)
“Kakak
koq baik banget? padahal kitakan baru pertama kali bertemu.” tanyaku
“Ale
sering cerita tentang adik kecilnya ke kakak, kakak jadi penasaran sama adik yang
jadi kebanggaan “seorang” Ale ini.”
aku kembali terdiam sambil melihat ke
arah bunga mawar tersebut.
Keesokan paginya..
Betapa senangnya hatiku. baru aja
kemaren ngebayangin kapan ya pangeranku datang, eh, saat siangnya pangeran ku
datang juga. Emang sih masih harapan belaka, tapi bagaimana pun juga itu kan
tanda kalo emang kak Dion itu utusan dari tuhan?.
GUBRAK..
aduh, sakit. salah nih aku kenapa jalan
sambil ngelamun. nggak berani ngelihat orangnya.
“Bisa
bangun?”
eh? nih suara nggak asing. ini suara kak Tyo? kayaknya bukan deh, kak Tyo kan nggak mungkin ada disini. mungkin kak Ale?
tambah nggak mungkin suara kak Ale nggak sebagus ini. Lantas siapadong? dengan
takut-takut aku mencoba meneggakan kepalaku.
“Eh,
Kak Dion?” dengan ekspresi kaget
“Haha,
nggak apa-apa kan?”
“Oh,
nggak apa-apa koq. kakak koq ada disini?” tanya ku heran dengan tangan yang
asyik membersih kan seragam.
aku melihat ke arahnya. heran? iya.
kaget? sedikit. ini seragam sekolah ini kan? tapi kan seumur-umur aku sekolah
disini nggak pernah tuh ketemu kak Dion.
“Kakak
baru pindah ke sekolah ini” jawabnya yang memecahkan keheningan.
“Kenapa
pindah? nggak betah dengan sekolah yang lama ya?”
“Itu
karena...”
belum sempat kak Dion ngejawab munculah
kak Ale dari sisi belakangku. Kak Ale langsung merangkulku, ya jelas membuat aku
kaget.
“Apaan
sih kak !” dengan nada kesal sembari lepas dari rangkulannya, dan akhirnya
terlepas.
“Haha,
santai aja deh chuby (sambil mencubit-cubit pipiku).”
lepas dariku pandangan kak Ale langsung
menatap ke arah Kak Dion.
“Oh,
kamu Di, jadi juga kamu pindah kesini”
“Iya,
aku nggak pernah main-main kan dengan ucapanku”
“Yakin
omongan mu itu selalu benar?” kata Kak Ale dengan tatapan mata yang tajam.
“...”
ada apa nih? koq gaya bicaranya ngaco
gini. katanya teman koq kayak musuhan ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar